Contoh analisis Cerpen “
Tua” karya Mustafa Ismail.
1. Tema
Tema dalan cerpen “Tua” Karya Mustafa Ismail adalah keadaan yang tak mengenal
masa tua. Tema tersebut sedikit tersirat pada kutipan berikut:
Aku ingin menjawab bahwa sesungguhnya Bang Burhan sudah tua. Umurnya sudah 73
tahun. Tapi mulutku sangat susah untuk bicara aku takut melukai hatinya, hati
seorang kawan yang kembali jatuh cinta. (Paragraf 28)
2. 1. Tokoh
Tokoh dalam cerpen “Tua” terdiri atas tokoh utama, dan beberapa tokoh pembantu.
Adapun tokoh-tokohnya adalah: Tokoh Aku atau Muista Fahendra, bang Burhan,
Saiful, Sulaiman Juned.
a. Tokoh Aku atau Muista Fahendra
Tokoh aku sebagai tokoh utama pertama kali muncul disebutkan oleh tokoh utama
kedua, hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:
Muista Fahendra, ya. Kau gemuk sekali sekarang hamper tidak ku kenal…(paragraph
2)
Kemudian tokoh aku muncul dengan mengambarkan tokoh-tokoh yang lainnya sebagai
pencerita.
Aku memandang lelaki itu dari atas ke bawah. Ia tidak garang lagi,… (paragraf
4)
b. Bang Burhan
Bang Burhan sebagai tokoh utama kedua adalah tokoh yang pertama kali
diceritakan oleh tokoh utama pertama. Perhatikan kutipan berikut:
“Pada akhirnya memang kita akan tua. Tapi akau belum ingin tua”. Bang Burhan
mengucapkan kata-kata itu belasna tahun lalu, ketika kami sering
bertemu…(paragraf 5)
c. Saiful dan Sulaiman Juned.
Tokoh ini sebagi tokoh sebutan atau pembantu yang kemunculannya disebutkan oleh
tokoh utama seperti pada kutipan berikut:
Suatu kali ia muncul di taman budaya. Wajahnya murung. Aku bersama dua teman,
Saiful dan Sulaiman Juned..(paragraf 13)
3. Latar
a. Latar Tempat
Latar tempat dalam cerpen “Tua” terdiri dari: Meusanah Tuha, Taman Budaya, Rex,
Warung Siang malam, terminal jalan dipenogoro.
1. Meusanah Tuha
Latar tempat Meusanah Tuha merupakan sebuah surau di Taman Budaya sebagai
tempat ngobrol dan tidur para tokoh cerita. Simak kutipan berikut:
Tubuhnya tidak segemuk dua belas tahun yang lalu, saat kami sama-sama suka
tidur di Meusanah Tuha. (paragraf 3)
2. Taman Budaya
Taman budaya menjadi tempat utama para tokoh melakukan aktivitas seperti,
ngobrol diskusi.
…ketika ia melihatku muncul di Taman Budaya sore itu. (paragraf 2)
3. Rex
Sama seperti diatas..
4. Warung siang malam
sama seperti di atas
5. terminal jalan dipenogoro
sama seperti di atas
b. latar waktu
latar waktu dalam cerpen “Tua” karya Mustafa Ismail tergambarkan pada waktu
sore, malam.
a. sore.
Latar sore digembarkan secara implisit oleh si pengarang seperti pada kutipan
berikut:
Sore-sore, aku kembali berpasangan dengan Bang Burhan di depan kantin Taman
Budaya, lago-lagi dengan wajah murung..(paragraf 15)
b. malam
latar malam lagi-lagi digambarkan si pengarang secara implisit seperti dalam
kutipan berikut:
Bang Burhan mengantarnya sampai ke mobil sedan yang parker di depan Rex.
Setelah mobil itu ditelan malam, Bang Burhan kembali kembali ke tempat duduk
kami. (paragraf 23)
Selain implisit latar malam juga digambarkan secara eksplisit oleh si
pengarang. Lihat kutipan berikut:
Mataku memandang lampu kendaraan yang lalu lalang di depan Rex, berbaur dengan
lampu took-toko dan dua hotel yang mengelilinginya. Lampu-lampu itu membentuk
lautan cahaya yang tak habis-habisnya. (paragaf. 26)
4. Alur (berisi urutan peristiwa dari keseluruhan cerita)
Adapun alur dalam cerpen ini dapat kita urutkan sebagai berikut;
1. tokoh aku mendeskripsikan pisik tokoh utama kedua.
2. tokoh utama kedua atau bang Burhan menyapa Muista Fahendra.
3. ingatan tokoh aku terhadap Bang Burhan ketika 12 tahun yang lalu.
4. adanya perbincangan tokoh aku dan bang Burhan atau tokoh Utama ke dua.
5. Bang Burhan diajak anak pertamanya untuk pergi.
6. beberapa teman tokoh aku sering melihat Bang Burhan dengan seorang
perempuan.
7. dan seterusnya.
8. dan seterusnya.
5. Sudut Pandang
Sudut pandang yang ditampilkan pengaarang dalan cerpen ini adalah sudut pandang
pengarang serba tahu. Artinya si pengarang tak hanya menjadi tokoh utama tetapi
juga sebagai tokoh yang menggambarkan tokoh-tokoh lainnya. Perhatikan kutipan
berikut:
Meski tulang rahangnya tetap kekar dan kereas, wajahnya sudah nampak ketuaan.
Tatapan matanya taksetajam dulu. Dan mata itu menjadi agak rabun…(Paragraf 1)
Kutipan di atas tampak si pengarang menggambarkan tokoh yang berada dalam
cerita. Tetapi lihat pada kutiba berikut, si pengarang berubah menjadi tokoh
yang ditandai dengan penggunaan kata ganti orang pertama. Lihat kutipannya.
Aku memandang lelaki itu dari atas ke bawah. Ia tak garang lagi, seperti dulu
ketika mengatur sepeda motor dan mobil yang parker di Rex. (paragraf 4)
6. Amanat ( berisi pesan-pesan pengarang bagi si pembaca cerita)
1. Pesan moral bagi pembaca bahwa walau sudah tua tetapi semangat harus tetap
tinggi. Hal ini terbukti dengan adanya penggalan cerita bahwa salah seorang
tokoh yakni Bang Burhan yang sudah tua masih berani untuk menikah lagi dengan
perempuan yang masih muda.