Politik dan pemerintahan
Jalan masuk menuju
Senat Kremlin, bagian dari
Kremlin dan kediaman resmi presiden Rusia
Sampai tahun 1917 Rusia merupakan kerajaan/kekaisaran dengan seorang
tsar
sebagai kepala negara. Selama masih kerupakan kekaisaran, terutama pada
masa Dinasti Romanov, Rusia mengalami persinggungan politik dengan
negara-negara
Eropa, di antaranya konflik dengan pemerintahan Perancis pimpinan
Napoleon Bonaparte, Krisis Balkan karena menginginkan pelabuhan yang bebas dari es di Eropa yang dinamakan Politik Air Hangat, Penyatuan
Pan Slavia serta sering mengalami pertempuran dengan
Turki Usmani (Ottoman) Turki dalam memperebutkan wilayah
Kaukasus dan
Austria-Hungaria dalam
Perang Dunia I.
Akibat politik ini pula terjadi pertempuran dengan Jepang dan
intervensi terhadap Tiongkok. Masa selanjutnya, politik Rusia dilebur
dengan kepentingan Uni Soviet yang mengambil sikap independen bahkan
menentang ketika terjadi penggulingan kekuasaan Mikhail Gorbachev oleh
Gennady Yanayev menjelang keruntuhan Uni Soviet yang diprakarsai Presiden
Boris Yeltsin.
Pemerintahan dipegang oleh presiden yang berpusat di
Kremlin
serta perdana menteri yang bertanggung jawab terhaadap parlemen namun
dengan peranan yang terbatas dibandingkan dengan Presiden. Sejak
pembangkangan Wakil Presiden
Aleksander Ruskoi dan ketua parlemen asal
Chechnya,
Ruslan Khasbulatov, lembaga wakil presiden dihapus.
Parlemen memiliki dua kamar, yakni Majelis Federal (Федеральное Собрание;
Federalnoye Sobraniye) yang merupakan majelis tinggi dan majelis rendah yang dikenal dengan
Duma.
Karena Rusia merupakan negara federal yang memiliki berbagai macam
etnis, setelah keruntuhan Uni Soviet, Rusia mengalami masalah
separatisme. Ada beberapa kelompok etnis yang ingin memisahkan diri dan
mengakibatkan krisis berlarut-larut, seperti di
Chechnya dan
Ingushetia.
Rusia juga terancam atas perluasan
NATO ke wilayah Eropa Timur. Kekhawatiran atas pemilihan di
Ukraina, kerjasamanya dengan
Belarus,
ditambah degan tradisi di Rusia yang dianggap cocok dengan budaya
sentralisasi, demokratisasi malah membuat harga diri Rusia merosot di
mata dunia dan menimbulkan berbagai macam gejolak dan krisis
berkepanjangan.